Rabu, 30 Oktober 2019

Kedatangan Islam ke Nusantara

Wawan Setiawan Tirta
Masuknya Islam ke Nusantara yang kemudian melahirkan sebuah interaksi antara ajaran Islam dengan penduduk Nusantara. Wujud dari keberlangsungan interaksi yang hingga kini masih terlihat adalah banyaknya umat Muslim Indonesia yang menjalankan ibadah haji dan umrah. Di samping itu tidak sedikit para ulama dari Timur Tengah yang berkunjung ke Indonesia dalam rangka berdakwah. Bagi umat Islam di Indonesia, berbagai bentuk interaksi tersebut akan semakin memantapkan keimanan dan ketakwaan terhadap ajaran agamanya. Perkembangan Islam di Nusantara tidak pernah terlepas dari dinamika Islam di kawasan-kawasan lain. Peradaban Islam Nusantara juga menampilkan ciri-ciri dan karakter yang khas, relatif berbeda dengan peradaban Islam di wilayah-wilayah perabadan Muslim lainnya, misalnya Arab, Turki, Persia, Afrika Hitam, dan Dunia Barat.

Kedatangan Islam ke Nusantara mempunyai sejarah panjang dan satu di antaranya adalah tentang interaksi ajaran Islam dengan masyarakat di Nusantara yang kemudian memeluk Islam. Islam yang datang pertama kali adalah Islam yang umumnya dibawa para guru pengembara Sufi, yang mengembara dari satu tempat ke tempat lain untuk menyebarkan Islam. Islam sufistik yang dibawa para guru pengembara ini jelas memiliki kecenderungan kuat untuk lebih menerima terhadap tradisi dan praktik keagamaan lokal. Bagi guruguru Sufi pengembara ini, yang paling penting adalah pengucapan dua kalimah syahadat, setelah itu barulah memperkenalkan ketentuanketentuan hukum Islam. Terdapat berbagai pendapat mengenai proses masuknya Islam ke Kepulauan Indonesia, terutama perihal waktu dan tempat asalnya.

1. Sarjana-sarjana Barat
Beberapa sarjana dari barat mengatakan bahwa Islam yang masuk ke Kepulauan Indonesia berasal dari Gujarat sekitar abad ke-13 M atau abad ke-7 H. Mereka berasumsi bahwa Gujarat terletak di India bagian barat, berdekatan dengan Laut Arab. Letaknya sangat strategis, berada di jalur perdagangan antara timur dan barat. Pedagang Arab yang bermahzab Syafi’i telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak awal tahun Hijriyah (abad ke-7 M).
  • Menurut Pijnapel, yang menyebarkan Islam ke Indonesia bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan para pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia Timur. 
  • C. Snouck Hurgronye, dan J.P. Moquetta (1912) mendukung pendapat Pijnapel. Argumentasi mereka didasarkan pada batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada 17 Dzulhijjah 831 H atau 1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulana Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan batu nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta kemudian berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat.

2. Hoesein Djajadiningrat 
Beliau mengatakan bahwa Islam yang masuk ke Indonesia berasal Persia (Iran sekarang). Pendapatnya didasarkan pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia. Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, seperti yang berkembang dalam tradisi tabot di Pariaman di Sumatra Barat dan Bengkulu.

3. Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) 
Beliau mengatakan bahwa Islam berasal dari tanah kelahirannya, yaitu Arab atau Mesir. Proses ini berlangsung pada abadabad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Senada dengan pendapat Hamka, teori yang mengatakan bahwa Islam berasal dari Mekkah dikemukakan Anthony H. Johns. Menurutnya, proses Islamisasi dilakukan oleh para musafir (kaum pengembara) yang datang ke Kepulauan Indonesia. Kaum ini biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya dengan motivasi hanya pengembangan agama Islam.

Awal masuknya Islam di Nusantara pada pertengahan abad ke-15, ibu kota Campa, Wijaya jatuh ke tangan Vietnam yang datang dari utara. Dalam kenangan historis Jawa, Campa selalu diingat dalam kaitannya dengan Islamisasi. Dari sinilah Raden Rahmat anak seorang putri Campa dengan seorang Arab, datang ke Majapahit untuk menemui bibinya yang telah kawin dengan raja Majapahit. Ia kemudian dikenal sebagai Sunan Ampel salah seorang wali tertua. Sunan Giri bukan saja berpengaruh di kalangan para wali tetapi juga dikenang sebagai penyebar agama Islam di Kepulauan Indonesia bagian Timur. Raja Ternate Sultan Zainal Abidin pergi ke Giri (1495) untuk memperdalam pengetahuan agama. Tak lama setelah kembali ke Ternate, Sultan Zainal Abidin mangkat, tetapi beliau telah menjadikan Ternate sebagai kekuatan Islam. Di bagian lain, Demak telah berhasil mengislamkan Banjarmasin. Mata rantai proses Islamisasi di Kepulauan Indonesia masih terus berlangsung. Jaringan kolektif keislaman di Kepulauan Indonesia inilah nantinya yang mempercepat proses terbentuknya nasionalisme Indonesia.

Proses Islamisasi di Indonesia berlangsung dalam waktu yang panjang bahkan masih terus berlangsung. Berikan penjelasan! Islamisasi di Kepulauan Indonesia hingga kini prosesnya masih terus berjalan. Pasai dan Malaka, adalah tempat penyebaran islam dimulai. Pengaruh Pasai kemudian diwarisi Aceh Darussalam. Sedangkan Johor tidak pernah bisa melupakan jasa dinasti Palembang yang pernah berjaya dan mengislamkan Malaka. Demikian pula Sulu dan Mangindanao akan selalu mengingat Johor sebagai pengirim Islam ke wilayahnya. Sementara itu Minangkabau akan selalu mengingat Malaka sebagai pengirim Islam dan tak pernah melupakan Aceh sebagai peletak dasar tradisi surau di Ulakan. Sebaliknya Pahang akan selalu mengingat pendatang dari Minangkabau yang telah membawa Islam. Peranan para perantau dan penyiar agama Islam dari Minangkabau juga selalu diingat dalam tradisi Luwu dan Gowa-Tallo.

Sampai dengan saat ini proses islamisasi masih berlangsung, tentunya bentuknya berbeda dengan pada saat pertama Islam menyebar di Nusantara. Munculnya berbagai organisasi dan kelembagaan Islam modern di Indonesia, baik yang bersifat keagamaan, politik maupun ekonomi organisasi tersebut merupakan bentuk islamisasi pada saat ini.

Mengapa Islam bisa cepat diterima oleh masyarakat di Indonesia? Agama Islam mudah diterima oleh masyarakat nusantara karena beberapa hal. Pertama, untuk masuk agama islam syaratnya tidak berat, yaitu cukup hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.  Kedua, upacara-upacara keagamaan dalam agama Islam sangat simpel (sederhana). Ketiga. dalam agama Islam tidak mengenal kasta seperti pada agama Hindu. Keempat, Islam tidak menentang adat istiadat dan tradisi setempat. Kelima, penyebaran agama Islam di Nusantara dilakukan dengan jalan damai yaitu melalui akulturasi. Itulah beberapa hal yang menyebabkan islam dapat diterima oleh masyarakat Nusantara.

Sebutkan beberapa peran tokoh pengembang agama Islam di Indonesia!
  1. Sunan Gresik (Maulanan Malik Ibrahim. inilah wali pertama datang ke jawa pda abad ke 13 dan menyiarkan islam di sekitar Gresik, dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
  2. Sunan Ampel (Raden Rahmat) menyiarkan Islam di ampel surabaya., jawa timur. Beliau merupakan perancang Masjid Demak.
  3. Sunan Derajad (Syarifudin) anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial.
  4. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan islam di Tuban, Lasem,dan Rembang.
  5. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said). Murid Sunan Bonang menyiarkan Islam di Jawa Tengah.
  6. Sunan Giri (Raden Paku) menyiarkan islam di luar Jawa seperti Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku.
  7. Sunan Kudus (Jafar Sodiq) menyiarkan islam di Kudus, Jawa Tengah.
  8. Sunan Muria (Raden Umar Said) menyiarkan islam di lereng Gunung Muria, Jawa Tengah.
  9. Sunan Gunungjati (Syarif Hidayatullah) menyiarkan islam di Banten, Sunda Kelapa,dan Cirebon.

Coba kamu diskusikan tentang upacara tabot di Bengkulu atau Tabuik di Pariaman!
  1. Tabot adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang tentang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala, Irak pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriah (681 M). Syeh Burhanuddin (Imam Senggolo) Menikah dengan wanita Bengkulu kemudian anak, cucu mereka dan keturunan mereka disebut sebagai keluarga Tabot. upacara ini dilaksanakan dari 1 sampai 10 Muharram setiap tahun.
  2. Tabuik adalah perayaan dalam rangka memperingati Asyura, gugurnya Imam Husain, cucu Muhammad, yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau di daerah pantai Sumatera Barat, khususnya di Kota Pariaman. Tabuik merupakan istilah untuk usungan jenazah yang dibawa selama prosesi upacara tersebut. Upacara melabuhkan tabuik ke laut dilakukan setiap tahun di Pariaman pada 10 Muharram sejak 1831.

Buatlah denah dan peta tentang proses kedatangan Islam di Indonesia!
 Masuknya Islam ke Nusantara yang kemudian melahirkan sebuah interaksi antara ajaran Islam Kedatangan Islam ke Nusantara
Di lingkungan masyarakat di Indonesia terutama di pedesaan masih sering ada kegiatan kenduri atau selamatan untuk suatu kegiatan, peristiwa atau peringatan kejadian tertentu yang disertai dengan doa-doa secara Islam, sementara kalau dilihat asal usulnya di ajaran Islam tidak ada. Mengapa dan bagaimana pendapat kamu?

Sebelum Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia itu sendiri sudah mengenal ajaran animisme dan dinamisme. Agama Hindu-Buddha juga pernah masuk ke Indonesia jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia. Kenduri merupakan peninggalan Agama Hindu-Buddha. Kenduri biasanya dilaksanakan sebagai upacara sedekah makanan karena seseorang telah meraih kesuksesan atau anugerah. Kenduri merupakan bentuk akulturasi Islam yang masuk ke tanah Jawa yang dilakukan para Walisanga untuk menyebarkan Islam di tanah Jawa.