Senin, 13 April 2020

Makna Bahasa Bersifat Puitis dan Fungsinya dan Beberapa Contohnya

Wawan Setiawan Tirta
Sebenarnya, bahasa memiliki banyak sifat. Sifat bahasa menurut pakar bahasa antara lain sistematis dan arbitrer alias manasuka. Sistematis maksudnya, memiliki bahasa sistem dan kaidah tertenut. Lebih mudahnya ada polanya. Kemudian arbitrer alias manasuka, sifat bahasa seolah-oleh 'sekenanya' tidak harus ada hubungan logis antara sebuah bahasa dengan objek yang diwakilinya.


Kemudian, dalam penerapan (praktik) berbahasa ada kalanya bahasa yang disusun adalah bahasa puitis. Sebenarnya, puitis bukan merupakan sifat bahasa, melainkan cara mengungkapkan informasi dengan pilihan kata yang puitis.

Untuk memahami maksud, bahasa bersifat puitis kita bisa padankan dengan makna kata yang puitis. Kalau makna kata puitis berarti yang dibahas adalah satu kata, puitis saja. Lain dengan makna kata yang puitis, jadi ada beberapa kata yang puitis kemudian dicari maknanya. Pembahasan tentang kata puitis dan beberap contoh serta maknanya ada dalam postingan: Apa itu Puitis? | Penjelasan Arti Kata Puitis. 

Maka dari itu, karena sudah ada pembahasan kata puitis beserta contohnya, di sini hanya dijelaskan tentang fungsi bahasa atau kata-kata yang puitis.

Inti dari fungsi bahasa bersifat puitis adalah mempermudah komunikasi. Bahasa sebagai alat komunikasi, digunakan untuk menyampaikan pesan. Agar pesan dapat disampaikan dan diterima dengan mudah. Jadi, tujuan utamanya adalah menyampaikan pesan, dengan muda agar mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.

Fungsi bahasa bersifat puitis dapat dijabarkan sebagai berikut:

Penjelasan fungsi bahasa yang puitis ini berdasarkan pengalaman pemakaian bahasa, bukan berdasarkan teori bahasa.

1. Menarik Perhatian

Bahasa atau kata-kata yang puitis digunakan untuk menarik perhatian lawan bicara. Misalnya kata-kata sapaan dalam sebuah pidato, pasti akan dibuat sepuitis mungkin.

Contoh: Hadirin yang budiman, pada pagi yang cerah ini .....

Penggunaan kata budiman dan yang cerah merupakan usaha untuk memuitiskan sebuah ucapan. Jadi, usaha untuk memperindah sapaan dan kalimat. Tentu saja tujuannya agar hadirin yang 'dituduh' budiman tersebut mau mendengarkan pemaparan pidato.

Kalimat di atas bisa saja diucapkan Hadirin, pada pagi ini..... . Ini bukan contoh pidato, yang memang harus mendayu-dayu, melainkan contoh sapaan dalam rapat dengan peserta yang terbatas dan jelas akan memperhatikan ucapan pembicara.

2. Membuat Lebih Sopan


Dalam berkomunikasi, pilihan kata yang digunakan untuk berkomunikasi juga harus mempertimbangkan kesopanan. Kata-kata yang sopan biasanya dibalut dengan kata-kata yang puitis. Misalnya yang digunakan dalam bentuk perumpamaan atau peribahasa. Kata dan bahasa yang digunakan selalu puitis. Dengan begitu, meskipun menyindir atau bahkan mengolok-olok dan meperingatkan, (tujuannya) tidak tersinggung. Justru orang yang disindir (diharapkan) akan paham akan kesalahannya dan memperbaiki kesalahan tersebut.

Contoh kata-kata puitis: Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Kata-kata tersebut jauh lebih sopan dibandingkan jika diungkapkan kepada orang lain dengan makna sebenaryan: Kita ini memang beda, tidak mungkin sama. 

Atau adal lagi kata-kata puitis dalam bentuk ungkapan lebih besar pasak dari pada tiang. Kalau diungkapkan dengan kata-kata yang lugas, bukan kata-kata puitis, akan sangat kasar: kamu ini banyak utangnya.

Jadi, jika ada pertanyaan Bahasa yang bersifat puitis berfungsi untuk apa? Jawabannya adalah, bahasa yang bersifat puitis digunakan untuk menarik perhatian dan membuat sopan sebuah pernyataan. Harus sesuai konteksnya.

Lain lagi jika pertanyaan Bahasa yang bersifat puitis berfungsi untuk apa? diajukan kepada seorang anak ABG yang sedang kasmaran. Pasti jawabannya tidak jauh dari ini: Bahasa yang puitis digunakan untuk merayu pujaan hati.