Rabu, 30 Oktober 2019

Sejarah Peradaban Mesir Kuno

Wawan Setiawan Tirta
Sejarah Peradaban Mesir Kuno|Peradaban Mesir Kuno tumbuh dan berkembang di Negeri Mesir, sepanjang Lembah Sungai Nil. Peradaban Mesir Kuno bertumpu pada pertanian sehingga amat bergantung kepada kesuburan tanah. Sungai Nil merupakan urat nadi peradaban Mesir Kuno. Sungai terpanjang di dunia tersebut tidak hanya menyediakan air, melainkan juga menyebabkan lahan subur yang luas di sepanjang tepiannya. Setiap pertengahan Juli sampai pertengahan November, curah hujan dan saiju di dataran tinggi Etiopia mengakibatkan kandungan air Sungai Nil meningkat. Air sungai meluap dan membanjiri sepanjang tepiannya. Saat air telah surut kembali, Sungai Nil meninggalkan endapan lumpur yang sangat subur. Bangsa Mesir Kuno memanfaatkan lahan yang subur itu dengan membangun pertanian sekaligus sistem irigasi untuk menanggulangi banjir.

Mulai 5000 SM, tumbuh desa-desa pertanian di sepanjang Lembah Sungai Nil. Dalam perkembangannya desa-desa itu membentuk kota-kota lalu kerajaan. Sekitar 3300 SM, terdapat dua kerajaan di Mesir Kuno, yakni Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Mesir Hulu terletak jauh di selatan Delta Sungai Nil, sedangkan Mesir Hilir terletak dekat Delta Sungai Nil sekitar 3100 SM, kedua kerajaan itu dipersatukan oleh Firaun Menes. Persatuan itu menandai mulainya perdaban Mesir Kuno yang menghasilkan sejumlah peninggalan yang menakjubkan dunia.
Peradaban Mesir Kuno tumbuh dan berkembang di Negeri Mesir Sejarah Peradaban Mesir Kuno

A. SISTEM KEKUASAAN RAJA
Sistem pemerintahan peradaban Mesir Kuno adalah kerajaan. Berarti, kekuasaan tertinggi berada di tangan raja. Menurut kepercayaan Mesir Kuno, kedudukan raja yang mutlak (absolut) itu sesuai dengan kehendak para dewa. Mereka percaya bahwa raja adalah turunan dewa matahari bernama Re. Dewa tersebut dianggap sebagai raja pertama Mesir.

Raja dianggap amat suci sehingga rakyat biasa tidak boleh berhadapan langsung dengan raja (melihat muka raja), bahkan menyebut nama raja. Bila mau menyebut nama raja, rakyat Mesir kuno menyebut istilah Per-O (artinya “Istana Agung”) sebagai ganti nama raja. Dari istilah itulah, diperoleh sebutan Pharao atau Firaun untuk raja Mesir Kuno.
Tanggung jawab Firaun Mesir :
•    Memerintah dengan adil.
•    Memelihara keseimbangan alam semesta.
•    Mengatur kelancaran sistem panen dan irigasi.
•    Mengatur pemerintahan, hukum, dan kebijakan luar negeri.
•    Memimpin angkatan perang.
•    Memimpin upacara keagamaan.
a. Oganisasi Pemerintahan Mesir Kuno
Peradaban Mesir Kuno yang tinggi didukung oleh organisasi pemerintahan yang mantap. Dalam menjalankan pemerintahanriya, raja dibantu oleh sejumlah pejabat dan pegawai. Masing-masing sudah memiliki kedudukan dan tugas yang jelas. Pejabat tertinggi di bawah raja adalah vassal, (raja bawahan): satu untuk Mesir Hulu, satu untuk Mesir Hilir. Vassal Mesir Hulu berkedudukan di Memphis, vassal Mesir Hilir berkedudukan di Thebe. Tugas utama vassal adalah memantau pelaksanaan kebijakan pusat dan pengumpulan pajak.

Vassal membawahi sejumlah pegawai, juru tulis, dan duta. Pegawai bertugas menangani urusan keuangan, bangunan kerajaan, lumbung, dan peternakan. Juru tulis (sikretris) bertugas mencatat seluruh kegiatan pemerintahan sehingga pemerintah mengetahui sejauh mana kebijakan dan aturan dijalankan. Duta bertugas menangani hubungan luar negeri

b. Sejarah Pemerintahan Mesir Kuno

1. Kerajaan Mesir Tua (3100-2134 SM) 
Peradaban Mesir Kuno tumbuh dan berkembang di Negeri Mesir Sejarah Peradaban Mesir Kuno Kerajaan Mesir Tua berlangsung sejak masa pemerintahan Firaun Menes sampai pemerintahan Firaun Pepi II. Mesir dipersatukan di b awah pemerintah pusat yang kuat. Sebagai Raja Mesir Tua yang pertama, Firaun Menes bergelar Nesut-biti, yang artinya raja bermahkota kembar. Mahkota kembar melambangkan keberhasilannya mempersatukan Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Masa Kerajaan Mesir Tua dikenal sebagai Abad Piramida. Pada masa itulah dibangun sejumlah piramida raksasa. Firaun terkenal selain Menes dan masa itu antara lain Zoser, Cheops, Chefren, dan Mekaure.

Pada masa Kerajaan Mesir Tua, ibu kota terletak di Memphis. Ketika itu, Mesir dibagi atas 42 distrik aministratif yang disebut nomes. Masing-masing nomes dipimpin oleh seorang pejabat. Mula-mula, masa tugas pejabat di nomes berlangsung singkat. Setelah selesai, mereka kembali ke Memphis. Lama kelamaan, pejabat ini menetap secara permanen di nomes, dan disebut nomarch. Mereka menjadi penguasa di nomesnya masing-masing. Bahkan, jabatan nomarch dipegang seumur hidup dan berlaku turun-temurun. Semasa Firaun Pepi II berkuasa, pemerintah pusat menjadi lemah karena persaingan di antara nomarch. Masing-masing mempunyai kepentingan politik dan ekonomi. Persengketaan dan persaingan kekuasaan yang berlarut larut membuat persatuan Mesir tidak bisa dipertahankan lagi. Setelah Pepi II meninggal, Mesir terpecah belah. Keadaan itu menandai berakhirnya masa Kerajaan Mesir Tua.

2. Kerajaan Mesir Pertengahan (2040-1640 SM)
Masa Kerajaan Mesir Pertengahan diawali oleh keberhasilan Firaun Mentuhotep II dari Thebe menaklukkan raja Herakleopolis. Mesir dipersatukan kembali dengan ibu kotanya Thebe. Untuk memperkuat pemerintahan pusat, Mentuhotep melakukan pembersihan terhadap berbagai pihak yang melawan kebijakannya. ia juga mengangkat sejumlah tokoh dan Thebe yang loyal (setia) menjadi pejabat penting dalam pemerintahan.

Masa Kerajaan Mesir Pertengahan sempat ditandai perebutan kekuasaan. Ketika itu, Amenemhet I berhasil menggulingkan Mentuhotep IV. Amenemhet I kemudian memindahkan ibu kota Mesir ke Itjawy dekat Memphis. Akan tetapi, kudeta itu tidak mengakhiri Kerajaan Mesir Pertengahan. Bahkan, kerajaan itu mengalami kejayaan semasa pemerintahan Amenemhet I dan para penggantinya. Firaun terkenal dari masa itu antaralain Senusret I, Senusret III, dan Amenemhet III.

Pada awal masa Kerajaan Mesir Pertengahan, pengaruh para nomarch masih kuat. Sepak terjang mereka dapat membahayakan persatuan Mesir. Untuk mengatasi masalah itu, Senusret III melakukan reorganisasi. Nomes dihapuskan. Sebagai gantinya, Mesir dibagi menjadi 3 daerah administratif yang disebut waret. Sejak pemerintahan Ratu Sobek-neferu, pemerintahan pusat semakin lemah. Sementara itu, muncul persaingan di antara pejabat pemerintahan.

Mesir kembali terpecah belah. Kondisi Mesir yang Iemah mengundang invasi musuh dari luar. Akhir Kerajaan Mesir Pertengahan ditandai oleh serangan bangsa Hyksos dan Timur tengah Selanjutnya, Mesir diperintah oleh bangsa dan rumpun Semit itu. Ibu kota Mesir berpindah ke Awaris.

3. Kerajaan Mesir Baru (1552-1069 SM)
Peradaban Mesir Kuno tumbuh dan berkembang di Negeri Mesir Sejarah Peradaban Mesir Kuno Kerajaan Mesir Baru diawali oleh keberhasilan pasukan Mesir dibawah pimpinan Ahmosis mengusir bangsa Hyksos. Masa ini merupakan masa paling gemilang dibandingkan dua masa sebelumnya. Mesir membangun armada militernya menjadi amat kuat sehingga mampu memperluas wilayah ke Asia Barat. Dengan kekuatan militernya, Mesir menjadi kerajaan yang amat disegani di wilayah sekitar Laut Tengah ketika itu.
       Kejayaan Kerajaan Mesir Baru didukung oleh keunggulan raja-raja yang memerintah. Firaun ternama dari masa itu antara lain :

Firaun Ternama : 
•    Ahmosis
•    Tuthmosis III
•    Amenhotep IV
•    Tutankhamun
•    Ramses II
•    Ramses III
Masa Kerajaan Mesir Baru juga ditandai oleh tampilnya para ratu. Mereka memiliki pengaruh politik. Bahkan, Hatshepsut (permaisuri Tuthmosis II) pernah menjadi penguasa tertinggi di Mesir, sebelum putera tirinya Tuthmosis III naik tahta. Keruntuhan Kerajaan Mesir baru mulai muncul setelaah Ramses III meninggal. Terjadi persaingan di antara kalangan pejabat tinggi dan pemimpin agama, ditambah dengan korupsi yang merajalela. Mesir kembali terpecah belah. Sejumlah wilayah taklukan melepaskan diri atau bahkan menyerbu masuk ke Mesir, seperti bangsa Libya dan Nubia. Sejak tahun 1069 SM, Mesir berada di bawah kendali kerajaan asing, seperti Nubia, Assyria, Persia, Macedonia, dan Romawi.


B. SISTEM KEPERCAYAAN
Peradaban Mesir Kuno tumbuh dan berkembang di Negeri Mesir Sejarah Peradaban Mesir Kuno Sistem kepercayaan Mesir kuno adalah polytheisme. Artinya, menyembah banyak dewa-dewi. Bangsa Mesir mengenal sekitar 2000 dewa-dewi. Ada dewa-dewi yang bersifat nasional, artinya disembah seluruh rakyat Mesir Kuno. Ada pula dewa-dewi yang bersifat lokal, artinya disembah rakyat Mesir dan kalangan tertentu dan di wilayah tertentu saja.

Dewa-dewi yang disembah secara nasional ternyata berbeda dari masa kerajaan yang satu ke masa kerajaan yang lain. Pada masa Kerajaan Mesir Tua, pemujaan utama terarah kepada Re, dewa matahari. Untuk memuja Re, bangsa Mesir Kuno membangun kuil di Heliopolis. Pada masa Kerajaan Mesir Pertengahan, pemujaan utama terarah kepada Osiris, dewa hakim di alam baka. Kemudian, pada masa Kerajaan Mesir Baru, pemujaan utama terarah kepada Dewa Amun, raja para dewa. 

Dewa tersebut sering disembah bersama dewa matahari sehingga digabung menjadi Dewa Amun-Re. Pembaharuan keagamaan pernah terjadi saat Amenhotep IV  memerintah, semasa Kerajaan Mesir Baru. Raja itu mengubah agama Mesir yang polytheis menjadi monotheis. Meskipun ditentang kalangan pendeta Amun-Re, ia menciptakan ibadah kepada satu dewa, yakni Aten, yang dilambangkan dengan cakram matahari. Dewa-dewi lain dianggap tidak ada. Namun, setelah raja tersebut meninggal, ibadah kembali terarah kepada Amun-Re dan dewa-dewi lainnya.
Dewa-dewi Mesir :
•    Amun: raja para dewa,
•    Re: dewa matahari,
•    Shu: dewa udara,
•    Set: dewa gurun, badai, dan bencana,
•    Osiris: dewa hakim di alam baka
•    Min: dewa kesuburan,
•    Khonsu: dewa bulan,
•    Anubis: dewa kematian,
•    Ma’at: dewi keadilan dan kebenaran.
Selanjutnya, kepercayaan Mesir Kuno tidak dapat dilepaskan dari tradisi pengawetan jenasah mummi. Tradisi itu memperlihatkan kepercayaan Mesir Kuno bahwa orang yang telah mati akan hidup abadi asalkan raganya tetap utuh. Mummi yang terkenal antara lain jenasah Tutankhamun, firaun dan masa Kerajaan Mesir Baru, yang ditemukan oleh arkeolog Inggris pada tahun 1922.

C. SISTEM TULISAN
Peradaban Mesir Kuno tumbuh dan berkembang di Negeri Mesir Sejarah Peradaban Mesir Kuno Bangsa Mesir kuno telah mengenal tulisan sejak 3300 SM. Tulisan itu berupa gambar (pictogram), tiap abjad dilambangkan dengan gambar tertentu. Bangsa Mesir Kuno menamai sistem tulisannya sebagai “sabda para dewa”. Sebutan itu diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani menjadi hieroglyph, yang artinya “tulisan suci”. Itulah sebabnya, sampai sekarang kita menyebut tulisan Mesir Kuno sebagai hieroglyph. Bangsa Mesir Kuno memahat tulisan hieroglyph pada dinding bangunan. Di samping itu, mereka pun menulis dengan semcam kuas ataupun pena dan tinta pada lembaran papyrus. Lembaran itu terbuat dari dedaunan yang banyak tumbuh di Timur Tengah. Dan kata papyrus itulah diperoleh kata paper untuk kertas.

Tidak semua rakyat Mesir Kuno sanggup menulis. Tulisan hieroglyph memerlukan keahlian khusus. OIeh karena itu, orang yang terampil menulis hieroglyph (juru tulis) mendapat perlakuan khusus. Perlakuan itu membuat juru tulis memperoleh hak dan kedudukan istimewa. Dengan mudah mereka memperoleh pekerjaan di kuil-kuil dan dalam pemerintahan. Telah kita ketahui bahwa juru tulis menjadi bagian dari organisasi pemerintahan Mesir Kuno. Dalam perkembangannya, tulisan hieroglyph hanya untuk keperluan keagamaan (kitab-kitab suci) dan pemerintahan (hukum, laporan pajak,panen, dan urusan pemerintahan lain). Sedangkan untuk keperluan lainnya digunakan sistem tulisan lain, yaitu hieratis dan demofis. Tulisan hieratis digunakan semasa Kerajaan Mesir Tua, sedangkan tulisan demotis digunakan sejak 700-an SM. 


D. SISTEM PENANGGALAN
Bangsa Mesir Kuno amat tertarik pada astronomi (ilmu perbintangan). Mereka telah memahami adanya perbedaan antara planet-planet dan bintang-bintang. Pengetahuan itu mereka gunakan untuk membuat sistem penanggalan. Penanggalan Mesir Kuno berdasarkan peredaran bintang-bintang. Bintang yang merek anggap penting adalah Sopdet (Sirius). Berdasarkan pengamatan mereka, Sopdet menghilang di balik cakrawala pada saat yang sama setiap tahun, dan muncul kembali tepat 70 hari kemudian sebelum matahari terbit. Kemunculan itu bersamaan dengan naiknya permukaan Sungai Nil yang mengawali banjir tahunan. Bangsa Mesir Kuno menyebut saat itu sebagai tahun baru. Mereka menyebutnya wepet renpet
        
Penanggalan yang pertama itu dibuat semasa Kerajaan Mesir Tua. Tokoh yang berjasa membuat penanggalan itu bernama imhotep, seorang imam agung, arsitek, dan dokter semasa pemerintahan Firaun Sozer. Berdasarkan penanggalan itu, 1 tahun terdiri atas 365 hari. Penanggalan itu juga mengenal tahun kabisat. Ketika Julius Caesar dari Romawi mengunjungi Mesir, ia terkagum-kagum oleh sistem penanggalan bangsa itu. Berdasarkan penanggalan Mesir itu, ia membuat sistem penanggalan Romawi yang di kemudian hari menjadi dasar penanggalan Masehi sekarang ini.


E. BANGUNAN  
Peradaban Mesir Kuno tumbuh dan berkembang di Negeri Mesir Sejarah Peradaban Mesir Kuno Sejak masa Kerajaan Mesir Tua, peradaban Mesir Kuno mampu menghasilkan bangunan yang menakjubkan. Adanya beragam bangunan yang megah itu menunjukkan bahwa bangsa Mesir Kuno telah mengenal seni arsitektur. Sebelum mulaimembangun, para arsitek membuat gambar rancangan dan model bangunan yang akan dibuat. Setelah disetujui raja, pengerjaan dapat dilakukan. Bangunan itu antara lain sebagai berikut.

1. Piramida
Piramida adalah membangun raksasa dari batu yang digunakan sebagai  makam raja-raja beserta keluarga mereka. Piramida pertama dibangun oleh Imhotep untuk makam Firaun Sozer. Piramid itu terdapat di Sakkara. Sejumlah piramida termashur lainnya terdapat di Giza (Gizeh) untuk makam Firaun Cheops (Khufu), Chefren, dan Mekaure.

Pembangunan piramida didasari oleh penghargaan tinggi bangsa Mesir Kuno terhadap raja-raja mereka. Sebagai turunan dewa, pemimpin politik, sekaligus keagamaan raja harus diabadikan dalam suatu monumen yang pantas dikenang sepanjang masa. Maka, dibangunlah piramida yang membutuhkan banyak tenaga dan waktu.

Peradaban Mesir Kuno tumbuh dan berkembang di Negeri Mesir Sejarah Peradaban Mesir Kuno
2. Sphinx
Sphinx adalah bangunan raksasa dan batu berupa singa berkepala manusia (wajah raja Mesir). Sphinx merupakan perwujudan Dewa Re. Biasanya sphinx dibangun di depan piramida sebagai penjaga. Hal itu sebagai lambang lindungan dewa matahari terhadap raja. Sphinx terbesar terdapat di Giza.

3. Obelisk
Obelisk adalah bangunan batu berupa tugu. Pembangunan obelisk dimaksudkan untuk memuja Dewa Re. Bangunan yang dianggap suci itu itu juga berfungsi mencatat kejadian-kejadian penting. Itulah sebabnya, pada dinding obelisk dijumpai tulisan hieroglyph.

4. Kuil
Kepercayaan Mesir Kuno yang bercorak polytheis tidak dapat dilepaskan dan kuil. Oleh karena itu, peradaban Mesir Kuno meninggalkan sejumlah kuil yang megah. Kuil itu dibangun untuk memuja dewa tertentu. Kuil peninggalan Mesir Kuno antara lain sebagai berikut.
•Kuil Dewa Re di Heliopolis, yang dibangun semasa Kerajaan Mesir Tua.
•Kuil Hatshepsut di Deir-el Bahari, yang dibangun semasa pemerintahan Hatshepsut.
•Kuil Aten di Tel el Amarna, yang dibangun semasa pemerintahan Amenhotep IV.
•Kuil Dewa Amun di Karnak, yang dibangun semasa pemerintahan Ramses II.
•Kuil di Medinet Habu, yang dibangun semasa pemerintahan Ramses III