Selasa, 14 April 2020

Orang yang Pailit

Wawan Setiawan Tirta
Dikisahkan saat Dr Khalid bin Abdul Aziz Al jubair, SpJp sedang menunggu gelar doktor, beliau mengambil cuti selama satu minggu. Pada suatu malam beliau membaca dan mengulang ulang kembali tulisan disertasinya. Saat itu waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Tiba-tiba muncul keinginan kuat dalam dirinya untuk datang ke rumah sakit. Maka segeralah beliau membawa buku-buku dan pergi ke rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit bagian urologi, seorang perawat berkebangsaan Inggris mengatakan kepada beliau " dokter, ada seorang pasien yang sedang menghadapi sakaratul maut, saya harap anda mau menyolatinya maksudnya mentalqininya.

Kemudian sang dokter menanyakan penyakit pasien tersebut, perawat menjawab " iya terserang kanker kandung kemih, kanker tersebut telah menyebar ke seluruh tubuhnya hingga mencapai ke otaknya, pasien tersebut telah hilang kesadaran sejak 4 minggu yang lalu".

Kemudian dokter pun menanyakan kondisinya saat ini, siperawat menerangkan bahwa detak jantungnya sangat lemah antara 20 hingga 30 per menit, dan tekanannya maksimal sekitar 40.

Kemudian sang dokter menanyakan nama pasien tersebut, sang perawat menjawab namanya adalah Muhammad, dan usianya 40 tahun. Setelah itu dokter memasuki ruang perawatan pasien, tetapi yang dilihat dokter justru di luar perkiraan, beliau melihat wajah putih kemerah-merahan segar, sehingga dia ragu lalu bertanya kepada perawat."Betulkah orang ini yang dimaksud", perawat itu menjawab iya.

Perasaan heran menyeruak di benak sang dokter, beliau sangat heran dengan kondisi pasien yang segar bugar jika merujuk dari keterangan perawat tadi. Dokter mendekatinya, dengan tanpa sadar dia menghadapkan pasien ke arah kiblat.

Dokter kemudian memanggil orang tersebut, "Muhammad.." iya menyahut "ya". Ucapkan "asyhadu alla ilaha illallah wa Asyhadu anna Muhammad Rasulullah." ia mengucapkannya, serta-merta ruhnya keluar menghadap Tuhan-Nya. (semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala merahmatinya dan mempertemukan kita, orang tua kita dan keluarga kita di surga nanti)

Perawat yang menemani sang dokter merasa keheranan, bagaimana mungkin sang pasien itu menyahut panggilannya dalam keadaan sakaratul maut? Apalagi ia telah kehilangan kesadarannya sejak 4 minggu yang lalu. Kemudian sang perawat meminta dokter untuk menghubungi keluarganya, dan memberitahukan kematiannya. Maka sang dokter pun menghubungi salah seorang saudara agar segera datang ke rumah sakit.

Sang dokter menceritakan tentang kejadian yang baru dialami kepada saudaranya itu. Kemudian dia pun menanyakan tentang sisi kehidupan orang tersebut selama masih hidup. Lalu saudaranya itu menjelaskan.
" almarhum mempunyai sifat yang jarang dimiliki orang lain, iya tidak pernah berbuat ghibah atau membicarakan, mengungkit kejelekan orang lain. Ia tidak pernah mengizinkan orang lain berbuat ghibah di dekatnya, dan jika tidak bisa menghalangi orang yang berbuat itu ia segera pergi menjauh."

Pembaca sekalian, apakah rahasianya?
Sesungguhnya ghibah itulah yang membinasakan kebaikan, orang yang melakukan ghibah akan hangus semua amal kebaikannya, bahkan perbuatan itu dapat mengalirkan kesalahan dan dosa-dosa orang yang dijadikan objek kepada orang yang melakukan ghibah. Sampai akhirnya dosa-dosa itu ia tanggung.

Orang yang melakukan ghibah bagaikan orang yang bekerja, akan tetapi hasil pekerjaannya diberikan kepada orang lain, ini bagaikan orang yang mengolah kebun orang lain lalu meninggalkannya begitu saja sehingga semua hasil jerih payahnya diambil oleh pemilik kebun tersebut, maka orang yang di ghibah akan menuai semua amal kebaikannya.

Para pembaca yang mudah-mudahan Allah Subhanahu Wa Ta'ala... Sesungguhnya ghibah adalah kesalahan besar yang dilakukan oleh anak Adam. Banyak orang yang terjerumus ke dalamnya akan tetapi orang itu tidak menyadarinya. Jika seseorang itu terjerumus kedalam perbuatan ghibah maka orang tersebut seperti orang yang mengumpulkan air dalam panci yang bocor. Bisakah kiranya panci itu menampung air yang ditaruh di dalamnya? Sekali-kali tidak! Air itu tentu akan mengalir keluar dan panci akan kembali dalam keadaan kosong. Begitulah gambaran orang yang melakukan ghibah, semua kebaikan dan jerih payahnya akan mengalir kepada orang lain.

Lalu bagaimanakah cara mengontrol hawa nafsu, atau lebih gampang nya bagaimana cara menyumbat panci bocor tersebut sehingga kebaikan yang kita kumpulkan tidak akan mengalir keluar?

Jalan keluar satu-satunya dengan memperkuat keimanan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dan hal itu tidak mungkin tercapai kecuali jika kita menjaga sholat dengan baik, jika kita termasuk orang-orang yang hatinya terpaut pada masjid, jika kita termasuk orang yang jika ketinggalan takbiratul ihram saat shalat berjamaah merasa sedih, dan hati anda merasa terbakar, dan sangat menyesali kejadian tersebut.

Janganlah lupa, bahwa obat yang akan segera menyembuhkan penyakit ghibah adalah salat malam. Banyak orang yang telah mencobanya dan ternyata mereka merasakan bahwa shalat malam tersebut dapat menjadi benteng yang kuat untuk menjaga lidah dari penyakit ghibah dan Namimah atau mengadu domba. Bukankah sholat bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar seperti firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Al Quran Surat Al Ankabut ayat 45?
" dan Dirikanlah sholat, Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar"

Kemudian jika ada dua orang yang sama-sama memiliki mobil, di mana mobil salah seorang seharga 200 juta, sedangkan mobil orang yang lain seharga satu miliar. Bukankah orang yang memiliki mobil seharga satu miliar akan berusaha mati-matian untuk menjaga keutuhan mobilnya? Beginilah gambaran orang yang memiliki banyak amal sholeh, orang yang selalu memelihara sholatnya, orang yang hatinya terpaut pada masjid, orang yang selalu menunaikan salat malam, iya sangat khawatir jika kebaikannya mengalir untuk orang lain, ia tidak ingin menggores keindahan dan kemilau imannya dengan berbuat gibah atau mengucapkan perkataan yang keji.

Sedangkan orang kedua yang memiliki mobil lebih murah tidak peduli apakah mobil yang tergores atau tertabrak, bahkan bisa jadi ia menaruhnya di mana saja tanpa ambil pusing. Inilah gambaran orang yang biasa melakukan kemaksiatan, melalaikan salatnya, tidak pernah mencicipi sholat malam, iman mereka luka, catat, dan tidak lagi sempurna, jika ia tertimpa luka yang lainnya ia tidak akan merasakannya sama sekali.

Pembaca sekalian, tentunya kita menginginkan surga, dan saya yakin semua orang menginginkannya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah menjamin kita masuk surga dengan syarat menjaga lidah dan kemaluan kita. Beliau bersabda,
" Barangsiapa yang mendapat penjagaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dari kejahatan lidah dan kemaluannya ia akan masuk surga."

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau berkata " saya berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, cukuplah Shafiyah yang begini atau begitu untukmu."
Maka Rasulullah menjawab: " sungguh engkau telah mengucapkan suatu perkataan, jika dicampur kan ke dalam air laut pasti ia menjadikannya keruh." kemudian aku- Aisyah radhiyallahu 'anha- menceritakan tingkah laku seseorang- tentang kekurangannya,- maka beliau bersabda;" aku sama sekali tidak senang menceritakan tingkah laku orang lain walaupun aku diberi seberapapun dari harta dunia."

Hadits ini merupakan peringatan keras atas perbuatan ghibah. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam surat Qaaf ayat 18, yang artinya;" tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."

Imam an-nawawi rahimahullah berkata." ketahuilah, hendaklah setiap orang yang telah mencapai umur baligh menjaga lidahnya dari semua ucapan, kecuali ucapan yang bermanfaat, dan jika perkataannya maupun diamnya sama kadarnya, maka sebaiknya iaa diam tidak bicara, karena terkadang ucapan mubah menyeret seseorang untuk berkata salah hingga mencapai derajat haram maupun makruh, dan hal itu sering terjadi, tentunya keselamatan anda- dengan menjaga lidah- di atas segalanya."

Saudaraku... Janganlah engkau membinasakan kebaikan yang telah dikumpulkan melalui ibadah dan amal shaleh dengan berbuat ghibah, sehingga kita bagaikan tukang air yang bodoh, yang menampung air dengan panci atau ember yang bocor. Tentunya kita tidak menginginkan kebaikan yang telah dilakukan hilang begitu saja. Kita harus selalu mengingat betapa panasnya api neraka sebelum api itu menyulut lidahmu dengan ghibah, bayangkan siksa yang pedih bagi orang-orang yang melakukan ghibah, jagalah lidah kita yang berada di antara kumis dan janggut karena mengharapkan ridho Allah ta'ala, dzat yang maha perkasa, maha penyayang, maha pengampun dan maha memberi, sehingga atas izinnya engkau akan mendapatkan surga.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda;
"Tahukah kalian siapa orang yang pelit itu? Mereka menjawab " orang pailit adalah orang yang tidak mempunyai uang sepeserpun dan tidak mempunyai harta benda."
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda; " sesungguhnya orang yang pailit diantara umatku ialah orang yang pada hari kiamat datang dengan sholatnya, puasanya, zakatnya, akan tetapi ia telah mencaci si A, menuduh si B, memakan harta si C, menumpahkan darah si D, memukul si E, maka si A akan diberi sebagian dari kebaikannya, si B akan diberi sebagian dari kebaikannya, dan begitu seterusnya. Jika kebaikannya telah habis padahal semua kesalahannya belum terbayar, maka kesalahan orang yang ia zolimi akan dibebankan kepadanya, yang pada akhirnya, ia dilemparkan ke neraka."